A.JENIS-JENIS TANAH
1. Tanah Humus
Tanah Humus berada di lapisan atas, berwarna gelap, dan bersifat gembur.Tanah humus terbentuk dari pembusukan tumbuhan-tumbuhan. Tanah humus banyak ditemukan di hutan tropis termasuk di Indonesia.
2. Tanah Kapur
Tanah kapur terbuat dari pelapukan batuan kapur. Tanah kapur sangat mudah dilalui air dan sedikit mengandung humus. Tanah jenis ini cocok untuk pertumbuhan jati.
3. Tanah Gambut
Tanah gambut terbentuk di daerah rawa. Tanah ini bersifat asam, berwarna gelap, dan bertekstur lunak dan basah. Tanah gambut kurang subur sehingga tak cocok untuk pertanian.
4. Tanah Vulkanik
Tanah Vulkanik banyak terdapat di lereng gunung berapi. Tanah ini terbentuk dari material abu yang tertinggal setelah terjadi letusan gunung berapi. Tanah ini bersifat sangat subur dan sangat cocok untuk bercocok tanam.
5. Tanah Pasir
Tanah Pasir sangat mudah dilalui air atau bersifat porous. Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan. Tanah pasir kurang baik bagi pertanian, karena mengandung sedikit humus, tetapi cocok untuk bahan bangunan.
6. Tanah Podzolik
Tanah Podzolik mudah ditemukan di pegunungan bercurah tinggi dan beriklim sedang.Tanah jenis ini terbentuk dari pelapukan batuan yang mengandung banyak kuarsa sehingga warna tanah ini kecoklatan. Tanah ini kurang subur karena mineral terbawa oleh air hujan.
7. Tanah Aluvial
Tanah Aluvial disebut juga tanah endapan karena terbentuk dari endapan lumpur yang terbawa air hujan ke dataran rendah. Tanah ini bersifat subur karena terbentuk dari kikisan tanah humus.
8. Tanah Laterit
Tanah Laterit berada di lapisan bawah. Tanah ini berwarna kemerah-merahan dan tidak subur.
9. Tanah Liat
Tanah liat atau lempung terdiri atas butiran-butiran liat yang halus sehingga bersifat liat. Tanah ini sukar dilalui air, tetapi mudah dibentuk sehingga dimanfaatkan untuk membuat gerabah(kerajinan tangan berupa perkakasa rumah tangga berbahan dasar lempung)
B.JENIS-JENIS BATUAN
1. Batu Beku
Batuan beku merupakan batuan keras yang terbentuk dari magma yang keluar dari perut bumi dan membeku karena mengalami proses pendinginan. Karena itu, batuan beku juga disebut sebagai bekuan.
Contoh batuan Beku : batu basalt, obsidian, granit, apung.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau zat padat yang mengalami erosi di tempat tertentu kemudian mengendap dan menjadi keras. Batuan sedimen biasanya berlapis-lapis secara mendatar. Di antara batuan ini, seringkali ditemukan fosil-fosil. Batuan sedimen dapat dibagi berdasarkan proses pembentukannya, yaitu sedimen klastis, kimiawi, dan organik.
Contoh Batuan Sedimen : batu konglomerat, kapur, serpih, pasir.
3. Batuan Malihan (Batuan Metamorfosis)
Batuan malihan terbentuk dari batuan beku atau batuan sedimen yang telah berubah wujud. Karena itu, batuan malihan disebut juga batuan metamorfosis.
Contoh Batuan Malihan : batu marmer, batu sabak ( untuk menulis), kuarsa.
C.JENIS -JENIS AWAN
a. Awan tinggi
1. Awan Cirrus: halus, berstruktur serat, tidak menimbulkan hujan.
2. Awan Cirrostratus: seperti kelambu putih yang halus. Biasanya pada musim kemarau.
3. Awan cirrocumulus: berbentuk seperti segerombolan domba dan menimbulkan bayangan.
b.Awan menengah
1. Awan altocumulus: berukuran kecil-kecil sehingga nampak bergerombol atau bergandengan.
2. Awan altostratus: berukuran luas dan tebal. Berwarna kelabu.
c.Awan rendah.
1.Awan stratocumulus: berbentuk seperti bola bola yang tampak seperti gelombang di lautan. Lapisannya tipis sehingga tidak menimbulkan hujan.
2. Awan stratus: seperti kabut, melebar dan meluas.
3. Awan nimbostratus: berwarna putih kelabu dan menyebabkan gerimis.
d.Awan karena udara naik
1. Awan kumulus: awan tebal dan jika terkena sinar matahari menjadi berwarna kelabu.
2. Awan kumulunimbus: dapat menimbulkan hujan dengan guntur.
e.Pembagian Awan berdasarkan curah Hujan yang disebabkannya.
a. awan Cirrus
b. Cirrostratus : kadang-kadang terjadi hujan yang tidak sampai kebumi, seolah-olah cerah dipermukaan.
c. Cirrocumulus mengandung hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi ,bercampur salju .
d. Altocumulus menggambarkan udara cerah ,namun bisa berkembang menjadi awal hujan
e. Altostratus dapat menyebabkan hujan gerimis, hujan ringan hingga sedang.
f. Stratocumulus tidak menghasilkan hujan
g. Stratus tidak menimbulkan hujan
h. Nimbostratus dapat menyebabkan hujan
i. Cumulonimbus menimbulkan hujan lebat
D.JENIS-JENIS GUNUNG API
Berdasarkan bentuknya :
1. stratovulcano atau Gunung berapi kerucut,
2. perisai
3. cinder cone
4. kaldera
Berdasarkan proses terjadinya :
1. gunung api maar
2. gunung api tameng/perisai
3. gunung api kerucut
Berdasarkan letusan :
1. hawaian
2. merapi
3. volcanian
4. plinian
5. strombolian
6. pelean
7. sursteyan
8. St. vincent
Berdasarkan aktivitasnya ;
1. api
2. mati
3. istirahat
Keterangan.
1. Gunung Api Rekahan (Fissure Volcano )
Gunung api rekahan yaitu gunung api yang memiliki tipe rekahan membentuk retakan panjang pada permukaan bumi . Magma keluar melalui retakan tersebut. Retakan ini menimbulkan lapisan basal yang tebal dan luas. Gunungapi tipe rekahan terdapat di wilayah bagian barat- laut Amerika Serikat dan India.
2. Gunung Perisai (Shield Volcano)
Gunung perisai terbentuk akibat adanya aliran lava basal yang bersifat tipis dan basah. Aliran lava tersebut akhirnya membeku menjadi batuan beku ekstrusif . Gunung api perisai ditandai dengan adanya dinding lereng yang sangat landai dan menyerupai dataran.
3. Gunung Api Kerucut (Strato )
Gunung tipe strato terbentuk akibat erupsi yang berganti - ganti antara efusif dan eksplosif sehingga memperlihatkan batuan beku yang berlapis - lapis pada dinding kawahnya . Batuan yang berlapis ini berasal dari pembekuan lava dan eflata yang silih berganti.
Hampir semua gunung api di Indonesia merupakan tipe strato. Beberapa contohnya antara lain Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu , Gunung Krakatau, Gunung Semeru , dan Gunung
4. Gunung Api Kubah (Dome Volcano)
Gunungapi kubah berasal dari lava kental mengandung kadar asam yang keluar ketika terjadinya letusan . Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung.
Contoh gunungapi kubah , yaitu di Sierra Nevada dan Martinique .
5. Gunung Api Kerucut Bara (Cinder Cone )
Gunungapi tipe ini terbentuk dari bara basal dan abu vulkanik reruntuhan material piroklastika , atau dari material yang dikeluarkan pada saat terjadi letusan eksplosif gunung api .
6. Gunung Api Maar
Tipt gunung api Maar merupakn gunung yang terbentuk akibat letusan eksplosif yang hanya terjadi satu kali dengan materi yang dimuntahkan berupa eflata .
Karena Debu magma yang dimiliki relatif dangkal dan kandungan gas dalam magma tidakterlalu banyak, maka letusan gunung api maar tidak begitu kuat . Akibatnya hanya mem bentuk dinding gunung berupa tanggul di sekitar lubang kawah.
Contoh gunung api Maar antara lain Gunung Lamongan (Jawa Timur ), Gunung Pinacate (Sonora, Mexico ), dan Gunung Monte Nuovo (Naples, Italia ).
7. Gunung Api Campuran (Composite Volcano)
Gunung api ini terbentuk dari kombinasi aliran lava dan material piroklastika pada letusan eksplosif. Lapisan lava bercampur dengan material piroklastika yang memadat dan terakumulasi menjadi lapisan baru .
8. Gunung Api Kaldera
Kaldera merupakan suatu kawasan berbentuk bulat yang membentang rendah di tanah. Kawasan ini terbentuk pada saat tanah amblas akibat letusan eksplosif .
Gunung Api berdasarkan Aktifitasnya.
a.Gunung api Aktif: gunung api yang masih bekerja, mengeluarkan asap, letusan, dll.
b.gunung api Mati: gunung api yang tidak memiliki kegiatan erupsi sejak tahun 1600.
c.gunung api Istirahat: gunung api yang meletus sewaktu-waktu.
E.GEJALA-GEJALA VULKANIS
1) Terbentuknya dapur magma di lapis-lapis kulit bumi
2) Terjadi intrusi magma, yaitu aktivitas magma yang menerobos melalui celah, retakan atau patahan yang terbentuk di lapisan atas dapur magma tetapi tidak sampai tembus ke permukaan bumi.
3) Ekstrusi Magma, yaitu aktivitas atau gerakan magma yang mencapai permukaan bumi.
F.TANDA TANDA GUNUNG API MELETUS
-Terdengar suara gemuruh dari dalam tanah
- Terjadi gempa (tidak keras)
- Temperatur tanah dan mata air naik
- Tumbuhan di daerah itu banyak yang layu dan mati
- Binatang binatang banyak yang turun dari gunung( migrasi Binatang)
G.KARAKTERISTIK LETUSAN GUNUNG API
1. Letusan Tipe Hawaii
Tipe letusan Hawaiian tidak terlalu eksplosif, juga tidak terlalu merusak. Letusan ini tidak memancarkan banyak material piroklastik ke udara .
Ciri-ciri letusan tipe Hawai antara lain:
(1) lava yang dikeluarkan dari lubang kepundan bersifat cair.
(2) lava mengalir ke segala arah.
(3) Bentuk gunung yang dihasilkan tipe hawaai menyerupai perisai atau tameng.
(4) skala letusannya relative lebih kecil namun intensitasnya cukup tinggi.
Contoh gunung berapi dengan tipe letusan Hawaii antara lain: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.
2. Letusan Tipe Stromboli
Tipe letusan Strombolian mengeluarkan sejumlah kecil lava yang menjulang setinggi 15 sampai 90 meter ke udara dengan letupan - letupan pendek.
Letusan tipe Stromboli memiliki ciri-ciri:
(1a) seringnya terjadi letusan-letusan kecil yang tidak begitu kuat, namun terus- menerus, dan banyak mengeluarkan efflata.
Contoh, Gunung Vesuvius di Italia, Gunung Raung di Jawa, dan Gunung Batur di Bali.
(1b) Letusannya memiliki interval waktu hampir sama. Gunung api Stromboli di Kepulauan Lipari tenggang waktu letusannya 12 menit, artinya setiap 12 menit kawah melontarkan material padat berupa pasir, batu, dan abu.
(2) material yang dimuntahkan berupa material padat, gas, dan batu Contoh tipe letusan Stromboli yaitu Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).
3. Letusan Tipe Vulkano
Tipe letusan Vulkanian sering disertai terjadinya ledakan pendek. Namun , diameter asap yang membumbung ke udara pada Letusan Vulkanian biasanya lebih besar dibanding pada Letusan Strombolian.
Tipe vulkano mempunyai ciri-ciri, yaitu
(1) cairan magma yang kental dan dapur magma yang bervariasi dari dangkal sampai dalam, sehingga memiliki tekanan yang sedang sampai tinggi. Tipe ini merupakan tipe letusan gunung api pada umumnya.
Contoh, Gunung Semeru di Jawa Timur,
(2) besar kecilnya letusan didasarkan atas kekuatan tekanan dan kedalaman dapur magmanya.
(3) daya rusak cukup besar.
Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.
4. Letusan Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
5. Letusan Tipe Perret atau Plinian
Tipe letusan ini dapat menimbulkan kerusakan cukup hebat terhadap wilayah di sekitarnya. Magma kental dan material piroklastika yang terlempar mencapai ketinggian 48 km di udara.
Tipe perret termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat dahsyat. Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di ujungnya. Contoh, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 dan St. Helens yang meletus pada tanggal 18 Mei 1980 merupakan tipe perret yang letusannya paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya sangat hebat, menyebabkan puncak gunung menjadi tenggelam dan merosotnya dinding kawah, kemudian membentuk sebuah kaldera.
6. Letusan Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.
7. Letusan Tipe Sint Vincent /Letusan Hidrovulkanik
Tipe letusan Hidrovulkanik sangat bervariasi . Letusan ini lebih banyak diwarnai oleh letupan - letupan pendek dan diawali munculnya asap.
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya.
Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902.
8.Letusan Rekahan (Fissure Eruption )
Tipe letusan Rekahan ditandai tirai api , yaitu sebuah tirai yang memuntahkan lava ke atas permukaan tanah.
H.UPAYA-UPAYA MENGURANGI EROSI
a.Lakukan Konservasi Tanah
Yaitu serangkaian upaya dan strategi untuk mencegah dan menghambat proses terjadinya pengikisan tanah dan perubahan struktur biologi dan kimiawi akibat kesalahan dalam pengolahan tanah seperti pengasaman, salinisasi dan kontaminasi zat berbahaya lainnya.
b.Membuat Terasering.
yakni dengan cara membuat teras demi teras seperti tangga pada lahan yang miring sehingga ketika turun hujan air tidak langsung hanyut begitu saja sehingga peluang terjadinya pengikisan tanah dapat di tekan seminimal mungkin.
c.Countur Farming.
Yakni sistem penanaman berdasarkan garis kontur suatu tanah sehingga sistem perakaran tanaman akan semakin solid dan sanggup menahan tanah ketika terjadi hujan deras. Pembuatan sistem kontur tanah ini seperti membuat perangkap tanah sehingga tidak mudah hanyut terbawa air, membuat teras bangku atau gundulan.
d.Membuat Tanggul Pasangan.
Setiap lahan yang miring wajib dibuatkan semacam tanggul yang searah dan sejajar dengan kontur tanah, dengan demikian air hujan dapat tertampung dari langsung menyerap kedalam tanah sehingga mengurangi terjadinya Run Off atau aliran permukaan. Pada daerah tanggul tersebut lebih bagusnya ditanami oleh tanaman seperti jagung yang memiliki batang yang tinggi, dengan demikian air tidak akan terlalu lama tergenang di daerah tanggul.
e.Optimalkan Drainase atau Saluran Air.
Tujuan adanya drainase ini untuk menjadi jalur pelepasan air sehingga sisa air yang tidak terserap oleh vegetasi penutup lahan atau buffering, dapat segera alirkan ketempat yang lebih rendah. Namun diperlukan juga upaya memotong panjangnya lereng menjadi lebih pendek dengan menggunakan teras sehingga memperlambat aliran air
f.Lakukan Rotasi Tanam (Crop Rotation).
Merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk menjaga kelestarian unsur hara yang terkadung dalam tanah dengan cara melakukan pengiliran jadwal penanaman jenis tumbuhan sehingga zat yang berguna bagi kesuburan tanah tidak habis diserap oleh satu jenis tanaman saja. Jika unsur hara sudah habis maka akan semakin rentan terjadinya pengkisan lapisan tanah paling atas, tempat humus berada
g.Lakukan Reboisasi.
Yakni upaya penanaman kembali hutan atau lahan yang telah gundul dan rusak baik oleh tangan manusia yang salah kelola dan bencana alam kekeringan,kebakaran dan ini merupakan tindakan preventif atau pencegahan yang nyata perannya bagi kelangsungan lingkungan hidup.
h.Menjaga Kelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS perlu dijaga karena merupakan penahan tanah supaya tidak habis terbawa aliran sungai, terlebih jika sungainya beraliran deras Salah satu solusi untuk menekan proses terjadinya pengikisan tanah yakni dengan dibuatkan tembok batu berangka besi di sepanjang aliran sungai. Terlepas dari semua itu kesadaran manusia yang tinggal disekitar aliran sungai untuk menjaga kebersihan tidak membuang sampah ke sungai,tidak menebang sembarangan pohon-pohon penahan sumber mata air tentulah gerakan menjaga kelestarian DAS dapat lebih maksimal.
I.FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEMPERATURE
Berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi perubahan suhu atau temperature udara :
a. Sudut Datangnya Sinar Matahari, dimana semakin besar sudut datangnya sinar matahari, maka semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima bumi semakin tinggi. Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar matahari, berarti semakin miring datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi semakin rendah.
b. Tinggi Rendahnya Tempat, dimana semakin tinggi kedudukan suatu tempat maka temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah sedangkan semakin rendah kedudukan suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Adapun perbedaan temperatur udara yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut amplitudo.
c. Angin dan Arus Laut, dimana angin dan arus dari daerah yang dingin, akan menyebabkan daerah yang dilalui angin tersebut juga akan menjadi dingin.
d. Lamanya Penyinaran Matahari, dimana lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak garis lintangnya sehingga semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran matahari semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah.
e. Awan, dimana awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi sehingga jika suatu daerah terjadi awan mendung maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap panas matahari. Adapun permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan lambat pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh awan, maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
J.JENIS-JENIS HUJAN
a. Jenis Jenis Hujan Berdasarkan Proses Terjadinya
Berdasarkan proses terjadinya, hujan dikelompokan menjadi 6 jenis, yaitu:
1. Hujan Siklonal
Hujan siklonal adalah hujan yang terjadi akibat naiknya udara panas dari permukaan bumi disertai adanya angin yang berputar-putar pada titik tertentu. Jenis hujan siklonal umumnya hanya dapat terjadi di daerah sekitar katulistiwa.Ciri identik dari hujan ini bisa kita lihat dengan mendung gelap pekat secara mendadak dan menghasilkan guyuran hujan yang sangat deras.
2. Hujan Senithal
Hujan senithal (zenithal) adalah hujan yang diakibatkan pertemuan angin pasat tenggara dan angin pasat timur. Hujan jenis ini juga umumnya hanya terjadi di sekitar katulistiwa. Udara panas hasil pertemuan kedua angin tersebut naik ke atmosfer dan menyebabkan suhu di sekitar awan turung secara perlahan. Penurunan suhu ini, terjadilah kodensasi yang secara berangsur-angsur menyebabkan awan mencapai titik jenuhnya. Pada saat di titik inilah hujan senithal kemudian turun membasahi bumi.
3. Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang terjadi akibat pergerakan awan ke arah horizontal yang dibawa angin. Angin membawa awan mencapai suatu daerah pegunungan dan mengalami kondensasi karena suhu dingin yang ada di sekitarnya. Kondensasi berangsur-angsur membuat awan mencapai titik jenuhnya sehingga terciptalah hujan.
4.Hujan Frontal
adalah hujan yang terjadi akibat pertemuan massa udara dingin dengan massa udara panas. Pertemuan kedua udara tersebut terjadi pada sebuah tempat yang bernama “bidang front”. Pertemuan ini mengakibatkan masa udara dingin berada di bawah dan menstimulasi terjadinya hujan di sekitar bidang front.
5.Hujan Muson
Hujan muson adalah hujan yang diakibatkan pengaruh angin muson. Angin muson sendiri terjadi akibat pengaruh gerak semu tahunan matahari terhadap katulistiwa bumi. Di Indonesia, jenis jenis hujan ini terjadi antara Oktober sampai April, sementara di kawasan Asia Timur terjadi antara Mei sampai Agustus. Karena siklus angin dan hujan muson inilah kita mengenal adanya musim hujan dan musim kemarau.
6. Hujan Buatan
Hujan buatan adalah hujan yang terjadi akibat campur tangan manusia dalam memanipulasi keadaan fisik atmosfer lokal, tepatnya dengan memanfaatkan proses tumbuhkan dan penggabungan dalam pembentukan awan (ice nucleation). Di antara jenis-jenis hujan lainnya, hujan buatan-lah yang biasanya hanya menghasilkan curah hujan yang sedikit.
b. Jenis Jenis Hujan Berdasarkan Partikelnya
Berdasarkan jenis dan ukuran partikelnya, hujan dibedakan menjadi 5 jenis. Jenis jenis hujan tersebut antara lain:
1.Hujan Gerimis adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan butiran berukuran diameter < 0,5 mm.
2.Hujan deras adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan butiran berukuran diameter >7,0 mm.
3.Hujan Salju adalah hujan yang menjatuhkan kristal-kristal es dengan suhu di bawah 0 Celcius.
4,Hujan Es adalah hujan yang menjatuhkan es berukuran lebih besar dari salju. Fenomena hujan es sangat jarang terjadi
5.Hujan asam adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan tingkat keasaman tinggi. biasanya air hujan ini mengandung senyawa NO3 atau H2S
c. Jenis Jenis Hujan Berdasarkan Curahnya
BMKG atau Badan Metereologi dan Geofisika mengelompokan hujan berdasarkan seberapa besarnya curah atau jumlah air yang diterima permukaan bumi dalam satu periode hujan.
Pengelompokan ini menghasilkan jenis-jenis hujan yang antara lain Hujan sedang (20 sd 50 mm/hari),
Hujan lebat (50 sd 100 mm/hari),
dan hujan sangat lebat (>100 mm/hari).
K.JENIS-JENIS DANAU DAN CONTOHNYA
Danau adalah sebuah cekungan dimuka bumi dimana jumlah air yang masuk lebih besar dari air yang keluar. Danau mendapatkan air dari curahan hujan, sungai, dan air tanah. Ketiga sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau.
Berdasarkan proses terjadinya danau dibedakan menjadi dua yakni danau alam dan danau buatan.
I.Danau Alam
Danau alam terbentuk secara alami berasal dari tenaga alam tanpa adanyacampur tangan manusia. Danau alam dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain:
1. Danau Tektonik merupakan danau yang terjadi karena gerakan tektonik yang menimbulkan bentuk slenk/graben (lembah patahan) atau patahan yang diapit oleh horst (puncak patahan) dan mendapat air dalam jumlah yang cukup (air hujan, sungai, mata air). Contohnya: Danau Maninjau, Danau Tempe, Danau Poso, dan Danau Tondano.
2. Danau Vulkanik merupakan adalah danau bekas letusan gunung berapi yang menyebabkan cekungan. Apabila dasar cekungan tertutup material vulkan,maka air hujan yang tertampung dipuncak gunung menjadi danau. Contohnya: Danau Maar, Danau kaldera, Danau batur, dan Danau Kalimutu.
3. Danau Vulkan-Tektonik merupakan danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung api. Contohnya: Danau Toba.
4. Danau Gletser merupakan danau yang daerah-daerah dahulunya dilalui gletser menjadi kering dan diisi air. Danau-danau ini hanya terdapat di Amerika Utara, perbatasan kanada dan Amerika Serikat. Contohnya: Danau Superior dan Danau Michigan.
5. Danau Dolina merupakan danau yang terdapat di daerah horst dan umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Contohnya: danau disekitar gunung kidul.
(Horst adalah hasil dari terjadinya patahan pada kulit bumi yang mengalami pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Pegunungan Vosges di Perancis adalah salah satu contoh dari terjadinya horst.)
6. Danau Tapal Kuda merupakan danau yang terbentuk karena adanya sedimen pada sungai meander saat aliran sungai menurun.
II.Danau Buatan
Danau buatan atau lebih dikenal dengan waduk, dibuat untuk tujuan tertentu artinya pembuatan waduk sudah direncanakan dan disesuaikan penggunaannya seperti irigasi, penanggulangan banjir, pembangkit listrik, perikanan, transportasi dll. Contohnya: Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata dan masih banyak lagi.
L.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGI RENDAH AIR LAUT
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik antara benda – benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan terhadap massa air dibumi.
Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pasang surut air laut :
Faktor astronomi antara lain gravitasi matahari dan gravitasi bulan serta revolusi bulan terhadap bumi dan revolusi bumi terhadap matahari.
Sedangkan faktor non astronomi antara lain perairan semi tertutup, garis pantai dan topografi dasar perairan.
Macam – macam pasang surut :
1. Pasang surut (springe tide)
Pasang laut purnama terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam satu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah.
2. Pasang perbani (neap tide)
Pasang laut perbani terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang rendah. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tiga perempat.
Kegunaan Pasang Surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain – lain.
Dengan adanya pasang surut, organism – organism memiliki strategi ekologi sendiri – sendiri untuk bisa bertahan hidup. Disamping itu, pasang surut sangat mempengaruhi ekosistem mangrove yang merupakan pilar pertahanan alam utama pada daerah pesisir dari ancaman badai, erosi dan lain – lain.
Semoga bermanfaat.
Foto kaldera.jpn