Friday, 27 January 2017

KEJORA TERTUTUP AWAN

KEJORA TERTUTUP AWAN

Ketika kita Memutuskan menjadi BMIHK atau Pekerja Migran INDONESIA pergi keluar negeri demi kelangsungan Urusan Asap Dapur Keluarga adalah suatu keputusan yang berat dan resiko nya akan kita pikul hingga purna nanti.Karena menjadi bagian sejarah kehidupan kita.

Terima kasih kepada Bapak FH Wakil ketua MPR bidang kokesra yang masih peduli akan kelangsungan mengepulnya asap dapur keluarga besar Buruh migran Indonesia dimanapun berada.

Teman Saat kita ikut majikan bersama mereka kepasar,ke restoran ,bertemu keluarga besar majikan,saat ditanya oleh kerabat mereka akan siapa diri kita, apa jawaban majikan ?
My Helper,Ngo Ke Kung Yan,Pembantuku.BaBU ku.
Bukan Anakku,Bukan adikku,bukan saudaraku,bukan keluargaku.

Sesungguhnya benar kita mengemis Menjadi Pekerja Kasar ke Luar Negeri ,dan ini terbukti dengan kerelaan kita menjadi korban Pemalsuan Data Diri,Ijasah Pendidikan dan Rela menggadaikan Kemerdekaan Kita yang dijamin HAM sekalipun.
Kita rela meninggalkan Ibadah kita,kemerdekaan berbicara kita hanya demi Pangan,Sandang dan Papan.
Dan Yang menyakitkan kita rela membuang kesempatan berkarir kita di masa Muda dan rela meninggalkan kesempatan berkarya bagi sesama.Kita rela masuk kedalam lingkaran tak berujung PerBuruhan atau Perbudakan Moderen dengan Iming Gaji Jutaan ,tapi kita lupa ada Jutaan  Godaan didalamnya juga.

Gaya Hidup,Pergaulan tak sehat,Komunitas dan Kebutuhan Duniawi tak ada Akhir,Jerat Narkoba,Prostitusi,Rentenir, ,Aliran tak jelas yang siap menjerat siapa saja yang lengah dan Kurang Iman,siap menjerumuskan kedalam penjara dan  jurang penyesalan terdalam hingga kematian .
Walaupun tak dipungkiri banyak  Buruh Migran yang mampu Berkarya dan Patut DiBanggakan Prestasi Mereka karena mampu membentengi diri dengan baik dan tetap menjaga keimanannya hingga pulang kembali ke Tanah Air.

Kawan Dengan masuknya Pekerja Kasar Asing ke Tanah Air ,harapan kita untuk bersama Pasangan memperbaiki tingkat Ekonomi menjadi terkikis Karena Hak Jatah pekerjaan bagi Anak Negeri atau Tenaga Kerja Lokal diambil alih oleh Pekerja Asing.

Disadari atau tidak ,atau justru sebenarnya kita sudah mengalami,Berapapun kiriman kita ke Tanah Air ,saat ini tak mampu memenuhi Hajat Pangan ,atau kebutuhan pokok kita dan keluarga.
Dan kondisi ini semakin bertambah sulit saat Kran Impor Bahan Pokok dibuka lebar-lebar yang mematikan kesejahteraan para pedagang, petani dan peternak lokal,karena harus bersaing dengan barang dan komoditas.impor

Benar banyak juga dari saudara Lelaki kita yang menjadi TKI ke Korea,Jepang,Malaysia ,Timur Tengah .Tetapi inggat mereka memenuhi segala persyaratan dokumentasi perjalanan dan visa kerja yang benar .Dan tak sedikit Biaya yang harus dikorbankan.Dan Nyawa tatuhannya karena mereka bekerja disektor Industri dan konstruksi bangunan.

Kawan pernahkah kita tau kondisi sodara kita pekerja kasar di Luar Negeri.baik TKI Dan TKW nya.Mereka harus bekerja diketinggian tanpa safety tolls yang standard,dan ada yang harus pulang tinggal nama,sedangkan  bagi TKW nya ada yang harus standby bekerja 24 jam karena kondisi majikan dan ketidak mengertian menolak dan lari mengadu kepada Aparat karena minim edukasi Hak Pekerja.

Do`a terbaik semoga menjadi Ladang amal terbaik untuk semua Pekerja Migran yang bekerja bertaruh nyawa demi Ekonomi keluarga .aamiin

Jadi Jika Ada Wakil Rakyat yang masih peduli dan mengKritik Kebijakan Pemerintah yang seolah membisu dan menutup mata dengan kondisi yang sebenarnya terjadi ,yaitu membanjirnya Pekerja Asing ditengah Jutaan Pengangguran Tenaga Kerja Lokal ,kenapa kita malah gusar dan terluka?
LALU JUSTRU MENGHUJAT BELIAU?bukan kah kita sendiri yang memilih Wakil kita ,wakil suara kita.dan kita yang membayar mereka melalui pajak yang kita bayarkan,dan beginilah seharusnya Wakil Rakyat.Bersuara kepada kebijakan yang kurang benar dan Tidak Memihak Rakyat.

Jujur saja ,saat bersama pasangan sama-sama bekerja kondisi ekonomi kita terasa ringan,mampu menyisihkan rejeki dan hasrat segera pulang dan berkumpul dengan pasangan dan keluarga tak tertahan lagi karena ada harapan.Tapi Saat pasangan menerima PHK dan Jobless kita harus menunda perjumpaan itu dan memendam kerinduan untuk hidup Normal.

Kita lanjutkan sandiwara kebohongan ini.Hidup diantara Suara ,merajut kasih melalui telepon dan media sosial.Hidup dalam bayangan dan ketakutan ketika harus kembali ke Tanah Air.Dan Menambah Kontrak adalah seperti pilihan akhir.Karena sebagai Perempuan yang sudah terbiasa mandiri tak akan bisa diam menerima kondisi yang kurang baik karena pengaruh status jobless pasangan.

Dengan semakin lama kita berada di Luar Negeri ,hal ini akan berpengaruh kepada psikologis dan pertumbuhan anak kita,yang berimbas kepada Mutu Generasi Bangsa ini ke depannya.
Sedangkan hubungan batiniah dengan pasangan yang menimbulkan efek kehidupan berumah tangga kita.Dengan tingginya angka Tuntutan Perceraian pasangan yang bekerja sebagai Buruh Migran hal ini merupakan salah satu dampak yang nyata terjadi.

Dan yang menyakitkan saat kita harus menerima kenyataan tak lagi mampu masuk kedunia kerja profesional karena terbentur faktor usia yang kita habiskan menjadi Pembantu di Luar Negeri ,dan ketika uang habis pilihan kita dan benak kita seolah-olah  sudah di racuni fikiran ini,seperti ada DOKTRIN  untuk KELUAR NEGERI KEMBALI MENJADI BABU LAGI.

Jadi apa yang Bapak FH sampaikan benar adanya.Karena benar kita justru mengemis menjadi BABU,Padahal kita mampu menjadi tenaga Administrasi,Menjadi Pramugrari,Mampu menjadi Kepala Sekolah atau  Guru ,mampu menjadi tenaga Akunting,mampu menjadi Designer,mampu menjadi Novelis,mampu menjadi Wirausahawan Sukses,Mampu menjadi Penyanyi dan profesi Profesional yang lain.

Kawan kondisi kita Buruh Migran ibarat Bintang Kejora Yang Tertutup Awan.Kita memilih menyembunyikan sinar cemerlang kita,anugrah kesempurnaan yang diberikan ALLAH SWT dan membuang serta mengubur dalam semua kesempatan emas dan justru meninggalkan semuanya atas nama kebutuhan pokok manusia pangan,sandang,papan.

Dan Jika Bapak FH ingin menjadi angin yang membawa pergi Awan yang menutupi Mata hati dan fikiran kita,kenapa kita justru tidak bahagia dan bersama bersinar?
Atau kita memang suka menjadi KEJORA TERTUTUP AWAN.
CSH,AD-BMIHK,260117

No comments:

Post a Comment